Benarkah Pilot Air India Sengaja Menjatuhkan Pesawat?
Radio Senda 1680 – Kecelakaan tragis Air India Penerbangan 171 yang terjadi pada 12 Juni 2025 menewaskan 260 orang, termasuk 19 korban di darat. Tragedi ini mengguncang dunia penerbangan India, dan kini muncul dugaan mengejutkan: apakah kecelakaan itu disengaja oleh salah satu pilot?
Seorang pakar keselamatan penerbangan terkemuka, Kapten Mohan Ranganathan, mengemukakan bahwa indikasi kuat dari data kokpit dan posisi sakelar bahan bakar menunjukkan kemungkinan intervensi manusia, bukan kegagalan teknis.
Dalam wawancara eksklusif dengan NDTV, Kapten Ranganathan menyatakan bahwa penghentian aliran bahan bakar ke mesin terjadi secara manual. Sakelar bahan bakar pada Boeing 787-8 memiliki mekanisme penguncian fisik yang tidak mudah diaktifkan secara tidak sengaja oleh guncangan atau masalah daya.
“Simak Juga: Beasiswa LPDP 2025 Kini Bisa untuk Kuliah di USU dan UNIMED”
Menurut laporan awal Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB), kedua sakelar bahan bakar berpindah dari posisi “RUN” ke “CUTOFF” dalam waktu satu detik, tepat setelah pesawat mencapai kecepatan lepas landas. Tak lama setelah itu, pesawat kehilangan daya dorong dan jatuh, menabrak sebuah rumah sakit sejauh lebih dari satu mil laut dari landasan pacu.
Data dari perekam suara kokpit (CVR) memperdengarkan percakapan antara dua pilot dalam detik-detik terakhir:
“Mengapa kamu melakukannya?”
“Saya tidak melakukannya.”
Ranganathan menyoroti bahwa First Officer Clive Kunder sedang memegang kolom kendali saat lepas landas. Hal ini membuatnya kecil kemungkinan menyentuh sakelar bahan bakar. Sebaliknya, Kapten Sumeet Sabharwal sebagai pilot pemantau memiliki akses penuh untuk melakukannya.
Menariknya, pada tahun 2018, FAA (Badan Penerbangan Federal AS) mengeluarkan peringatan terkait sistem penguncian sakelar bahan bakar di pesawat Boeing. Namun, peringatan tersebut tidak dianggap sebagai ancaman besar. Namun, Air India tidak melakukan inspeksi lanjutan karena sifatnya yang tidak wajib.
Meski demikian, tidak ada bukti kegagalan teknis pada sakelar bahan bakar VT-ANB sejak 2023, menurut laporan perawatan.
Faktor manusia menjadi sorotan. Ranganathan menyebut adanya riwayat kesehatan mental pada salah satu awak kokpit, yang sebelumnya sempat mengambil cuti medis cukup panjang. Meski AAIB menyatakan keduanya telah lolos tes medis tahunan, Ranganathan menekankan bahwa pemeriksaan rutin tidak cukup dan menyoroti perlunya penilaian psikologis mendalam bagi para pilot.
“Jika manajemen tidak tahu soal kondisi ini, itu sangat mengkhawatirkan,” ujarnya.
Ranganathan adalah mantan anggota Dewan Penasihat Keselamatan Penerbangan Sipil India (CASAC) dan telah memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun sebagai pilot. Ia terkenal sebagai pengkritik tajam praktik penerbangan India dan menjadi salah satu suara independen yang paling vokal dalam menyerukan reformasi regulasi dan keselamatan penerbangan.
Menurutnya, Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil (DGCA) dan maskapai penerbangan di India telah lama mengabaikan peringatan soal kelelahan dan stres pilot.
“Pilot di India mendapat perlakuan seperti mesin. Tidak ada waktu bersama keluarga, tidak ada pemeriksaan psikologis, hanya tekanan kerja terus-menerus,” katanya.
Ia memperingatkan bahwa jika tak memperketat regulasi, bukan tidak mungkin bencana seperti ini akan terulang.
Tragedi Air India 171 membuka bab baru dalam dunia investigasi penerbangan India. Menyoroti pentingnya aspek psikologis, keamanan sistem mekanik, dan transparansi regulasi. Apakah ini tindakan bunuh diri pilot atau kegagalan sistem yang tak terdeteksi, masih menjadi misteri yang menunggu jawaban pasti. Namun satu hal yang jelas: keselamatan penerbangan tak hanya soal mesin, tapi juga kondisi manusia di balik kendali pesawat.
“Baca Juga: Skleroderma, Penyakit Autoimun yang Pengaruhi Kulit dan Organ”