Gelombang PHK Melanda, Berapa Tabungan Ideal Biar Aman?
Radio Senda 1680 – Gelombang PHK terus melanda di tengah ketidakstabilan ekonomi global yang semakin mempengaruhi berbagai sektor pekerjaan. Hal ini menjadikan strategi keuangan yang tepat bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan penting bagi pekerja di Indonesia. Perencanaan keuangan yang matang menjadi kunci untuk tetap bertahan secara finansial di tengah ketidakpastian dan ancaman kehilangan pekerjaan.
Gelombang PHK yang terjadi di Indonesia semakin memperburuk kondisi ketenagakerjaan. Menurut data terbaru dari Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli, jumlah kasus PHK dari Januari hingga 23 April 2025 tercatat mencapai 24.036 orang. Dari angka tersebut, Jawa Tengah menjadi provinsi dengan jumlah tertinggi, yakni 10.692 orang, mengungguli DKI Jakarta yang mencatat 4.649 kasus PHK dan berada di posisi kedua. Data ini semakin mencerminkan urgensi bagi setiap individu untuk memiliki rencana keuangan yang matang dalam menghadapi ancaman PHK yang terus meningkat.
“Baca Juga: Misteri Mumi 2.300 Tahun yang Tak Pernah Disentuh, Kenapa?”
Salah satu cara paling efektif untuk menghadapi situasi tak terduga seperti PHK adalah dengan memiliki dana darurat. Tejasari, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, menekankan pentingnya memiliki simpanan untuk kondisi darurat. Ia menyarankan agar seseorang mulai dengan menghitung total pengeluaran bulanan, termasuk cicilan dan kebutuhan rutin lainnya.
“Misalnya total pengeluaran Rp 5 juta per bulan, maka idealnya kita memiliki dana darurat minimal tiga kali pengeluaran, atau sekitar Rp 15 juta,” jelas Tejasari seperti dilansir detikcom, Sabtu (10/5/2025). Dengan begitu, individu memiliki ruang waktu sekitar tiga bulan untuk mencari pekerjaan baru tanpa langsung terdampak secara finansial.
Lebih lanjut, Tejasari menyebutkan bahwa jika memungkinkan, dana darurat yang disiapkan sebanyak enam kali pengeluaran bulanan akan jauh lebih aman. Hal ini memberi fleksibilitas lebih panjang untuk mencari pekerjaan yang sesuai keinginan, tanpa tekanan mendesak dari sisi keuangan.
“Berapa tabungan ideal? Itu tergantung dari kondisi dan kenyamanan masing-masing. Tiga kali pengeluaran cukup, tapi enam kali tentu lebih baik,” tambahnya.
Selain membangun dana darurat, strategi lain yang tak kalah penting adalah berhemat, terutama bila simpanan saat ini belum mencapai ambang batas ideal. Tejasari menekankan bahwa efisiensi pengeluaran harus mulai dari pos-pos yang tidak terlalu mendesak.
“Kalau dana darurat belum cukup, penting sekali untuk mulai berhemat. Kurangi pengeluaran yang tidak rutin seperti belanja, nongkrong, langganan hiburan, hingga jajan online,” jelasnya. Bahkan, pengeluaran harian seperti makan dan transportasi juga bisa ditekan demi menjaga keuangan tetap sehat.
“Simak Juga: Akupuntur Tanpa Jarum, Inovasi Modern Pengobatan Tradisional”