Trump Tegaskan Ukraina Tak Akan Masuk NATO, Zelensky Cari Jaminan Keamanan
Radio Senda 1680 – Presiden Donald Trump menegaskan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Rusia. Hal ini disampaikannya menjelang pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih, Senin (18/8/2025).
“Presiden Zelensky dapat segera mengakhiri perang dengan Rusia jika ia mau. Tidak akan ada masuk ke NATO oleh Ukraina. Beberapa hal tidak pernah berubah,” tulis Trump di platform Truth Social.
Trump juga menekankan tidak ada jalan kembali terkait Krimea, wilayah yang dianeksasi Rusia sejak 2014. Sikap ini muncul setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, yang menghasilkan pembatalan tuntutan gencatan senjata serta dorongan untuk kesepakatan damai permanen.
“Baca Juga: Kenaikan PBB Cirebon Capai 1000 Persen, Warga Kaget Terima Tagihan Rp65 Juta”
Menanggapi hal tersebut, Zelensky menegaskan kembali perlunya jaminan keamanan yang nyata dari sekutu. “Kami semua memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri perang ini dengan cepat dan andal,” tulisnya di media sosial, sembari menekankan bahwa Ukraina tetap membutuhkan perlindungan yang efektif, bukan hanya janji politik.
Zelensky juga menyebut konstitusi negaranya tidak memungkinkan adanya penyerahan wilayah, sehingga setiap kesepakatan damai harus mempertimbangkan kedaulatan penuh Ukraina.
Utusan AS Steve Witkoff menyebut Rusia telah membuka peluang mengenai pakta keamanan ala NATO untuk Ukraina. “Kami berhasil memenangkan konsesi berikut: Amerika Serikat dapat menawarkan perlindungan ala Pasal 5,” ungkap Witkoff.
Namun, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meredam ekspektasi. “Kita masih jauh dari itu,” ujarnya. Rubio juga menegaskan bahwa anggapan Zelensky ditekan Trump untuk menerima kesepakatan damai hanyalah “narasi media yang bodoh” dan tidak mencerminkan realitas diplomasi yang sedang berjalan.
Sejumlah pemimpin Eropa juga tiba di Washington untuk membahas masa depan Ukraina bersama Zelensky. Mereka antara lain Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, hingga Kanselir Jerman Friedrich Merz.
“Rencana kami adalah menyajikan front persatuan,” kata Macron. Ia menambahkan bahwa solidaritas Eropa tidak boleh goyah, meski jalan menuju perdamaian masih penuh tantangan dan tarik ulur kepentingan besar.
Di tengah diplomasi tingkat tinggi tersebut, realitas perang di lapangan tetap suram. Pasukan Rusia dilaporkan masih menguasai hampir 20% wilayah Ukraina sejak invasi penuh pada 2022. Serangan terus terjadi di beberapa kota besar, memaksa jutaan warga sipil bertahan hidup dalam kondisi darurat.
Zelensky menegaskan bahwa rakyat Ukraina tidak akan menyerah pada tekanan eksternal. Ia menekankan bahwa meskipun ada upaya mencapai kesepakatan damai, keutuhan wilayah dan martabat bangsa tetap menjadi harga mati.
“Simak Juga: Kemenkes Turun Tangan Usut Kekerasan terhadap Dokter di RSUD Sekayu”