Amerika Serikat Serang Tiga Situs Nuklir Iran, Dunia Bereaksi
Radio Senda 1680 – Minggu, 22 Juni 2025, Amerika Serikat secara resmi melakukan serangan udara terhadap tiga situs nuklir Iran: Natanz, Isfahan, dan Fordow. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa operasi tersebut “berhasil besar” dan menyatakan ini sebagai “momen bersejarah bagi AS, Israel, dan dunia.”
Serangan ini memicu reaksi internasional yang beragam, dari dukungan penuh hingga kecaman keras. Banyak pihak memperingatkan potensi eskalasi besar di kawasan yang sudah rapuh secara geopolitik.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memuji langkah Trump. Ia menyebut keputusan tersebut sebagai “langkah berani yang akan mengubah sejarah.” Netanyahu menegaskan bahwa prinsip “perdamaian melalui kekuatan” telah diwujudkan oleh sekutu kuatnya, AS.
“Simak Juga: Kanker Usus Buntu Meningkat di Kalangan Muda, Ahli Bingung”
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengecam keras serangan tersebut. Ia menyebutnya sebagai “eskalasi berbahaya” yang berisiko memperburuk stabilitas global. Guterres menyerukan agar semua pihak kembali ke jalur diplomasi dan menegaskan bahwa “tidak ada solusi militer” untuk konflik ini.
Menteri Luar Negeri Venezuela, Yvan Gil, menuduh serangan terhadap tiga situs nuklir Iran sebagai bentuk agresi militer yang dilakukan atas dorongan Israel. Dalam pernyataannya, Venezuela menuntut penghentian permusuhan segera dan mengecam pelanggaran terhadap hukum internasional.
Presiden Kuba, Miguel Díaz-Canel, ikut mengecam melalui media sosial X. Ia menyatakan bahwa serangan tersebut “melanggar Piagam PBB” dan membawa umat manusia ke dalam krisis dengan dampak yang besar.
Kementerian Luar Negeri Meksiko mengambil posisi yang lebih moderat. Dalam pernyataan resminya, Meksiko menyerukan dimulainya dialog diplomatik demi meredakan ketegangan. Mereka menekankan pentingnya “koeksistensi damai” di Timur Tengah sebagai prioritas global.
Kelompok Hamas menyatakan bahwa serangan AS menguntungkan Israel dan merupakan tindakan agresif yang mendukung agenda Zionis. Mereka menyebutnya sebagai contoh nyata dari kebijakan “kekerasan dan hukum rimba”, sembari menegaskan solidaritas penuh kepada Iran.
Kelompok bersenjata Houthi di Yaman juga mengutuk serangan tersebut dan memperingatkan bahwa “Washington harus menanggung akibatnya.” Ancaman ini menambah ketegangan di kawasan yang sudah penuh gejolak.
Hingga saat ini, sebagian besar negara Arab dan kekuatan besar dunia belum memberikan tanggapan resmi. Namun banyak pihak khawatir bahwa serangan ini akan memicu eskalasi militer lebih luas di Timur Tengah.
Serangan AS terhadap Iran ini membuka babak baru dalam konflik geopolitik global. Dunia menanti: akankah diplomasi mengambil alih, atau justru ketegangan ini berubah menjadi konflik yang lebih besar?
“Baca Juga: Polri Gaungkan Kampanye Antikekerasan Rise and Speak di USU”