ARAIB Ungkap Pilot Jadi Penyebab Tragedi Jeju Air, Keluarga Korban Geram
Radio Senda 1680 – Dewan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan (ARAIB) merilis temuan awal terkait kecelakaan pesawat Jeju Air. Namun, laporan ini segera memicu kritik tajam dari keluarga korban. Dalam laporan sementaranya, ARAIB menyebut bahwa kecelakaan yang terjadi pada 29 Desember lalu terutama karena kesalahan pilot.
Sebelum konferensi pers yang dijadwalkan pada Sabtu, keluarga korban telah diberitahu mengenai hasil penilaian awal tersebut. Namun, mereka langsung melayangkan protes keras, menilai kesimpulan tersebut terlalu cepat menyalahkan pilot atas insiden yang menewaskan 179 orang. Akibatnya, konferensi pers dibatalkan dan perilisan laporan ditunda.
Berdasarkan laporan awal ARAIB, insiden bermula ketika pesawat mengalami bird strike yang merusak mesin kanan secara kritis. Saat mengikuti prosedur darurat, dugaan pilot justru mematikan mesin kiri yang masih berfungsi. Kesalahan ini berdampak fatal, karena menyebabkan matinya Integrated Drive Generator (IDG), komponen penting yang memasok daya listrik ke sistem vital pesawat.
“Simak Juga: Gempa Dahsyat 7,4 SR Guncang Rusia, Tsunami Berpotensi Terjadi”
Tanpa daya dari IDG, sejumlah peralatan penting seperti kotak hitam dan roda pendaratan kemungkinan besar berhenti berfungsi sesaat sebelum pesawat jatuh.
Jeju Air penerbangan 2216 sempat mengirim sinyal mayday sebelum akhirnya mendarat dengan perut pesawat, tergelincir di landasan dengan kecepatan tinggi, lalu menabrak tanggul beton yang menopang antena sistem pendaratan. Dari 181 penumpang, hanya dua orang yang selamat dari tragedi tersebut.
ARAIB menyatakan bahwa kedua mesin pesawat telah dikirim ke CFM International untuk analisis lebih lanjut. Penyelidikan ini juga melibatkan lembaga-lembaga penerbangan dari Amerika Serikat dan Prancis, termasuk NTSB, FAA, dan BEA.
Keluarga korban menolak keras kesimpulan awal tersebut. Mereka menilai laporan itu tidak menyertakan informasi detail terkait kerusakan mesin dan dampak sebenarnya dari serangan burung. Mereka menuntut publikasi semua data dari kotak hitam dan sistem mesin secara terbuka.
“Laporan itu pada dasarnya menyalahkan burung mati dan pilot yang juga sudah meninggal,” kata Hwang Pill-kyu, kuasa hukum keluarga korban.
Senada, serikat pilot Jeju Air mengecam laporan awal tersebut dan menyebutnya sebagai narasi sepihak yang menyudutkan pihak pilot tanpa pembuktian menyeluruh.
Selain kesalahan prosedur, serikat pilot menyoroti bahwa investigasi belum menyentuh faktor sistemik dan infrastruktur, seperti keberadaan tanggul beton di area bandara yang memperparah dampak tabrakan. Mereka mendesak agar pihak berwenang mengusut siapa yang bertanggung jawab atas penempatan struktur berbahaya tersebut.
ARAIB berjanji akan terus melibatkan keluarga korban dalam proses investigasi, termasuk menggelar dengar pendapat publik dan membuka kemungkinan investigasi tambahan bersama Badan Forensik Nasional. Laporan akhir dari tragedi ini akan dirilis pada Juni 2026.
“Baca Juga: Frekuensi BAB yang Sehat Menurut Ahli, Ini Standarnya!”