Donald Trump Kesel Setelah Bicara dengan Putin, Apa Sebabnya?
Radio Senda 1680 – Ketegangan AS-Rusia memanas setelah Donald Trump kesal usai percakapan dengan Vladimir Putin soal perang Ukraina. Dalam pembicaraan itu, Trump menyebut bahwa Putin tetap bersikeras untuk melanjutkan konflik yang telah menelan banyak korban jiwa.
Dalam keterangannya kepada para reporter di atas pesawat kepresidenan Air Force One pada Sabtu (5/7), Donald Trump mengungkapkan kekesalannya atas sikap Putin. Ia menilai keputusan Presiden Rusia itu hanya akan memperpanjang penderitaan rakyat.
“Ini adalah situasi yang sulit. Saya sangat kesal dengan panggilan telepon dengan Presiden Putin. Dia ingin tetap melanjutkan perang, terus membunuh orang. Ini tidak bagus,” ujar Trump dengan nada kecewa.
“Baca Juga: Panahan dan Sepatu Roda Meriahkan SBPU Talenta USU 2025”
Percakapan telepon tersebut berlangsung pada Kamis (3/7), di mana Putin dengan tegas mengatakan bahwa Moskow tidak akan menyerah terhadap tujuannya di Ukraina. Diskusi ini dilakukan di tengah perundingan damai yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dengan harapan dapat mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Menurut pihak Kremlin, percakapan telepon antara Trump dan Putin berlangsung hampir satu jam. Ajudan Kremlin, Yuri Ushakov, menyampaikan bahwa Putin menegaskan kembali komitmen Rusia untuk mencapai tujuan strategisnya di Ukraina.
“Presiden kami mengatakan bahwa Rusia akan mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu penghapusan akar penyebab yang menyebabkan keadaan saat ini,” ujar Ushakov.
Ushakov menambahkan bahwa Rusia tidak akan menyerah dalam perjuangan tersebut, meskipun tekanan dari berbagai pihak terus berdatangan. Namun, Putin tetap menyatakan bahwa Rusia akan tetap berpartisipasi dalam proses negosiasi yang berlangsung.
Trump mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap kedua belah pihak, baik Moskow maupun Kyiv, karena upaya damai yang diinisiasi Amerika Serikat tidak menunjukkan kemajuan berarti. Ia berharap pertemuan dan komunikasi diplomatik bisa segera membuahkan hasil, namun justru menghadapi jalan buntu.
“Ini menjadi semakin sulit. Saya ingin segera menghentikan perang ini, tetapi kelihatannya tidak ada yang mau mengalah. Semua bertahan pada posisi masing-masing,” kata Trump.
Kegagalan perundingan ini semakin menambah beban diplomasi AS, yang selama ini berusaha memediasi konflik antara Rusia dan Ukraina. Trump juga menekankan pentingnya penghentian kekerasan demi menghindari korban sipil yang terus berjatuhan.
Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama bertahun-tahun tidak hanya membawa dampak bagi kedua negara, tetapi juga mengguncang stabilitas kawasan Eropa Timur dan mengancam keamanan global. Sanksi ekonomi, krisis kemanusiaan, serta meningkatnya ketegangan militer menjadi imbas dari konflik berkepanjangan ini.
Meskipun berbagai forum internasional telah mencoba membuka jalur damai, nyatanya jalan menuju penyelesaian konflik masih penuh rintangan. Baik Rusia maupun Ukraina tetap bertahan pada kepentingan strategis masing-masing, membuat peluang damai semakin tipis.
Trump menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa dirinya akan terus mencari cara untuk mendorong kedua belah pihak mencapai kesepakatan damai. “Saya tidak akan berhenti mencoba. Ini terlalu penting bagi dunia,” ujarnya.
Dengan semakin kompleksnya dinamika konflik, masa depan perang Rusia-Ukraina masih menjadi teka-teki besar dalam politik internasional. Peran Amerika Serikat, Rusia, dan negara-negara terkait akan terus menjadi sorotan dalam perjalanan panjang menuju perdamaian.
“Simak Juga: Jangan Anggap Remeh, Ini Tanda Burnout Disangka Lelah Biasa”