Gerhana Bulan Total
Radio Senda 1680 – Fenomena langka gerhana bulan total atau yang sering disebut Blood Moon diprediksi akan terjadi pada Jumat, 14 Maret 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa gerhana ini terlihat di wilayah Indonesia bagian timur. Meskipun fase puncaknya tidak terlihat di seluruh Indonesia, masyarakat di beberapa daerah masih dapat menikmati momen tersebut.
Blood Moon terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu garis lurus. Pada saat itu, Bulan memasuki bayangan umbra Bumi, menyebabkan cahaya Matahari yang sampai ke Bulan dibiaskan oleh atmosfer Bumi, sehingga Bulan tampak berwarna merah darah. Fenomena ini selalu menarik perhatian, baik dari sisi ilmiah maupun spiritual.
“Simak Juga: Amalan Sederhana di Bulan Puasa, Jalan Pahala dan Keberkahan”
Menurut BMKG, gerhana bulan atau Blood Moon pada 14 Maret 2025 dimulai pada pagi hari dan berlanjut hingga sore hari waktu Indonesia. Meskipun fase puncak gerhana tidak terlihat di seluruh Indonesia, wilayah Indonesia bagian timur masih dapat menyaksikan fase akhir gerhana.
BMKG merilis jadwal rinci gerhana bulan total pada 14 Maret 2025 sebagai berikut:
Ketua Tim Bidang Geofisika Potensial BMKG, Syrojudin, menjelaskan bahwa masyarakat di Indonesia bagian timur masih bisa menyaksikan fase gerhana total yang berakhir dan fase penumbra. “Wilayah Indonesia bagian timur dapat melihat gerhana ini pada fase gerhana total berakhir dan fase gerhana penumbra,” ujarnya.
Meski gerhana bulan total kali ini tidak dapat terlihat secara utuh di seluruh Indonesia, beberapa wilayah beruntung dapat menyaksikan fase akhir fenomena ini. Puncak gerhana bulan total akan terlihat dengan jelas di wilayah seperti:
BMKG menyarankan agar masyarakat Indonesia yang ingin menyaksikan fenomena ini mencari lokasi dengan langit cerah dan minim polusi cahaya untuk mendapatkan pengalaman terbaik.
Meskipun gerhana bulan total tidak menimbulkan bahaya langsung, fenomena ini tetap dapat mempengaruhi kondisi alam, terutama di wilayah pesisir. BMKG memperkirakan bahwa gerhana ini dapat menyebabkan kenaikan ketinggian air laut yang berpotensi memicu banjir pesisir atau rob. Syrojudin mengingatkan masyarakat pesisir untuk tetap waspada meskipun dampaknya masih dalam batas aman.
Fenomena ini berkaitan dengan gaya tarik gravitasi Bulan yang memengaruhi pasang surut air laut. Pada saat gerhana bulan total, gaya tarik Bulan berada pada titik maksimum, sehingga dapat menyebabkan air laut naik lebih tinggi dari biasanya.
Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan gerhana bulan ini, berikut beberapa tips untuk pengalaman pengamatan yang lebih optimal:
Fenomena blood moon ini menjadi kesempatan langka bagi masyarakat Indonesia untuk menyaksikan keajaiban alam sekaligus memahami lebih dalam mengenai interaksi cahaya dan atmosfer Bumi yang menghasilkan efek warna merah pada Bulan.
“Baca Juga: Kenali Varises dan Temukan Solusi Tepat untuk Mengatasinya”