‘Kiamat’ Ekonomi Rusia, Sumber Duit Putin Terhenti
Radio Senda 1680 – Ekonomi Rusia kini terguncang, salah satunya akibat pukulan besar yang menerpa industri batu bara nasional. Sektor ini menghadapi krisis terdalam sejak era 1990-an, dipicu oleh anjloknya permintaan global dan tekanan sanksi internasional akibat invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Salah satu perusahaan tambang terbesar Rusia, Mechel, menjadi produsen batu bara pertama yang secara terbuka menerima bantuan pemerintah. Langkah ini menandai kondisi serius yang dihadapi industri yang kini berada di ujung tanduk.
Menurut laporan The Moscow Times yang mengutip kantor berita Interfax pada Jumat (4/7/2025), Mechel mendapatkan penangguhan pembayaran pajak dan iuran jaminan sosial senilai 13 miliar rubel (sekitar Rp2,27 triliun) selama tiga tahun. Selain itu, Mechel juga memperoleh keringanan tambahan sekitar 500 juta rubel (sekitar Rp87,5 miliar) per bulan dari skema bantuan industri yang lebih luas. Ini termasuk penundaan pajak ekstraksi mineral.
“Baca Juga: Topan Ginting Terjaring OTT KPK, Karir Cemerlang Pupus”
Namun, CEO Mechel, Oleg Korzhov, menegaskan bahwa prospek industri tetap suram. “Hampir semua produsen batu bara menghadapi kondisi yang sangat sulit. Kami bahkan berencana mengurangi pengiriman sekitar 25% dari volume tahun lalu,” ungkapnya. Ia menambahkan, pada nilai tukar saat ini, menjual batu bara sudah tidak lagi menguntungkan.
Meskipun kontribusi sektor batu bara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia lebih kecil dibandingkan sektor minyak dan gas, industri ini tetap memegang peranan penting dalam menopang ekonomi Rusia. Ratusan ribu pekerja di kota-kota terpencil sangat bergantung pada sektor ini untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, sejak 2022, sanksi Uni Eropa yang memblokir ekspor batu bara Rusia telah memberikan tekanan besar dan memaksa negara tersebut mengalihkan pasar ke China dan India. Sayangnya, upaya tersebut belum mampu sepenuhnya menutupi kekurangan permintaan.
Isaac Levi, Kepala Tim Analisis di Centre of Research on Energy and Clean Air (CREA), mengatakan bantuan pemerintah menjadi penyelamat utama industri batu bara. “Tanpa dukungan negara, sebagian besar perusahaan batu bara sudah lama bangkrut,” ujarnya kepada Newsweek.
Menurut Levi, penurunan permintaan dari China, harga batu bara yang rendah, penguatan rubel, serta biaya logistik yang meningkat akibat sanksi menjadi faktor yang memperburuk krisis ini. Ia memprediksi bahwa beban keuangan industri bisa sedikit mereda jika produksi dikurangi dan suku bunga turun. Namun, prospek ekspor tetap sangat bergantung pada China.
Krisis di sektor batu bara terjadi bersamaan dengan melemahnya indikator ekonomi Rusia secara keseluruhan. Tambang Spiridonovskaya di Siberia bahkan terpaksa menangguhkan operasi bulan lalu karena kekurangan dana.
Data S&P Global mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur Rusia anjlok dari 50,2 pada Mei menjadi 47,5. Angka tersebut menunjukkan terjadinya kontraksi serius di sektor manufaktur. CEO Sberbank, German Gref, memperingatkan bahwa inflasi dan tingginya suku bunga akan sulit terkendali.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, menyebut bahwa “kondisi untuk pertumbuhan sudah habis”. Menteri Ekonomi, Maxim Reshetnikov, mengakui bahwa Rusia kini “di ambang resesi.”
“Simak Juga: Natural Bathing, Terapi Sederhana untuk Kesehatan Jiwa”