Pengemudi Ojol Gelar Aksi, Matikan Aplikasi Selama 24 Jam
Radio Senda 1680 – Ribuan pengemudi ojek online (ojol) dari berbagai daerah dijadwalkan akan menggelar aksi demonstrasi besar-besaran pada Selasa, 20 Mei 2025. Pengemudi ojol akan mematikan aplikasi layanan transportasi daring selama 24 jam sebagai bentuk protes terhadap kebijakan aplikator yang mereka anggap merugikan.
Salah satu tuntutan utama para pengemudi ojol adalah penurunan potongan biaya aplikasi dari yang saat ini mencapai 20% menjadi hanya 10%. Bahkan, Ketua Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, menyebut bahwa aplikator memotong hingga 50% dari pendapatan pengemudi. Kementerian Perhubungan melalui Kepmenhub KP No.1001 Tahun 2022 telah menetapkan batas potongan, namun aplikator melampaui batas tersebut.
“Simak Juga: Siapa Pemilik Akun Facebook Fantasi Sedarah?”
Peraturan tersebut menetapkan bahwa aplikator hanya boleh menarik biaya maksimal 15% untuk sewa aplikasi dan 5% untuk dukungan kesejahteraan mitra. Biaya tersebut mencakup asuransi, fasilitas mitra, pusat informasi, hingga bantuan operasional.
Selain memprotes potongan, para pengemudi juga menuntut revisi tarif penumpang, yang mereka nilai tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Mereka mendesak agar DPR menggelar rapat gabungan bersama Kemenhub, asosiasi, aplikator, dan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) untuk merumuskan kebijakan baru.
“Sudah berkali-kali kami melakukan aksi damai, tetapi tidak pernah ditanggapi serius,” ujar Raden. Ia menambahkan bahwa aksi kali ini akan berlangsung lebih tegas untuk menarik perhatian pemerintah dan aplikator.
Aksi unjuk rasa akan mulai pukul 13.00 WIB dan di beberapa lokasi strategis di Jakarta. Lokasi ini seperti Kementerian Perhubungan, Istana Merdeka, DPR, dan kantor-kantor aplikator. Aksi ini akan digelar serentak tidak hanya di Jabodetabek, tetapi juga di berbagai kota besar di Pulau Jawa dan sebagian Sumatera.
Raden memperkirakan aksi ini akan melibatkan lebih dari 25.000 pengemudi ojol.
Sebagai bagian dari aksi, para driver akan mematikan aplikasi ojol secara massal. Aksi ini mulai pukul 00.00 hingga 23.59 WIB pada 20 Mei. Layanan seperti transportasi penumpang, pengantaran makanan, dan kirim barang akan berhenti sementara.
“Kami mohon maaf kepada masyarakat atas dampak aksi ini, tetapi ini bentuk perjuangan kami,” ujar Raden.
Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) dan sekitar 10 serikat pekerja platform lainnya juga mendukung aksi ini. Ketua SPAI, Lily Pujiati, menyoroti ketimpangan potongan aplikator yang bisa mencapai 70% dan kondisi kerja yang jauh dari layak.
“Banyak pengemudi harus bekerja 12–16 jam per hari tanpa istirahat yang layak, tanpa cuti haid atau melahirkan berbayar,” ujar Lily. Ia menegaskan bahwa status “mitra” justru membuat pekerja platform tak memiliki perlindungan hukum dan kesejahteraan sebagaimana pekerja formal.
“Baca Juga: Kesadaran Deteksi Dini Adalah Kunci Mencegah Thalassemia”