Skandal Seks Guncang Komunitas Biksu di Thailand
Radio Senda 1680 – Skandal seks yang melibatkan sejumlah biksu senior mengguncang institusi Buddha di Thailand dan menjadi sorotan publik nasional. Kasus ini merusak citra kalangan biksu yang selama ini masyarakat kenal sebagai simbol kesucian dan moralitas.
Media lokal menyebut dua biksu senior yang mendadak meninggalkan kuil pada Senin lalu setelah masyarakat menduga mereka terlibat dalam skandal seks dengan seorang perempuan.
Salah satu tokoh utama dalam kasus ini adalah Phra Thepatcharaporn. Ia adalah kepala kuil Wat Chujit Thammaram yang terletak di Distrik Wang Noi, Provinsi Ayutthaya. Ia secara resmi mengundurkan diri dari seluruh tugas keagamaan di hadapan para biksu lainnya di kuil.
“Simak Juga: Israel Serang Suriah, Istana Presiden hingga Fasilitas Militer Jadi Target”
Pengunduran dirinya berlangsung di hadapan polisi dan pejabat dari Komisi Anti-Korupsi Sektor Publik, yang hadir sebagai saksi. Setelah itu, Phra Thepatcharaporn langsung dibawa ke Bangkok untuk diinterogasi oleh Divisi Anti-Korupsi Biro Investigasi Pusat (CIB).
Tak hanya satu, skandal seks biksu ini juga menyeret Phra Prariyatthada, asisten kepala kuil Wat Kalayanamitr di Distrik Thon Buri, Bangkok. Menurut sumber dari CIB, ia meninggalkan lokasi kuil di Wat Ban Khai, Provinsi Rayong, setelah namanya turut terkait dalam kasus yang sama.
Laporan mengatakan bahwa Phra Prariyatthada telah absen dari kuil utamanya selama beberapa hari. Ketidakhadirannya memicu spekulasi bahwa ia tengah menghindari pemeriksaan seiring mencuatnya kasus ini.
Polisi mengungkap bahwa seorang perempuan menjadi dalang di balik skandal ini dengan memperdaya para biksu untuk melakukan hubungan seksual dengannya. Ia diam-diam merekam aktivitas tersebut, lalu menggunakan rekamannya untuk memeras para korban.
Polisi menangkap perempuan bernama Wilawan Emsawat, yang berusia 30 tahun, pada Selasa (15/7/2025) di kediamannya di Provinsi Nonthaburi, sebelah utara Bangkok.
Wilawan kini menghadapi berbagai dakwaan serius, termasuk pemerasan, pencucian uang, dan penerimaan barang hasil kejahatan. Polisi menyatakan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, ia berhasil memeras sedikitnya sembilan biksu. Selain itu, ia juga mengumpulkan sekitar 385 juta baht atau sekitar Rp195 miliar.
Kasus ini memicu gelombang kritik terhadap sistem pengawasan dalam lembaga keagamaan di Thailand. Banyak pihak mendesak reformasi struktural di lingkungan monastik, agar praktik tak pantas semacam ini tidak terus terulang.
“Baca Juga: Operasi Mandiri Pertama oleh Robot Medis Capai Akurasi 100%”