Update Perang India-Pakistan: Eskalasi Konflik dan Isu Nuklir
Radio Senda 1680 – Perang India-Pakistan kembali memanas setelah India melancarkan serangan udara ke sembilan titik di wilayah Pakistan pada Rabu, 7 Mei 2025. Serangan tersebut merupakan tanggapan atas aksi kekerasan di Pahalgam, Kashmir India, yang menewaskan 26 turis. India menuding kelompok bersenjata yang melakukan serangan itu didukung oleh Pakistan, sebuah klaim yang ditolak keras oleh Islamabad.
Pakistan menuntut investigasi independen, sementara retorika dan aksi militer dari kedua pihak terus meningkat, menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang India-Pakistan secara terbuka, bahkan eskalasi ke senjata nuklir.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, dalam pidato nasionalnya menyampaikan kemarahan dan tekad negaranya untuk membalas serangan India, terutama setelah seorang anak berusia tujuh tahun, Irtaza Abbas, tewas dalam serangan udara.
“Pakistan akan membalas darah para martir kami,” kata Sharif. Ia mengeklaim pasukan udara Pakistan berhasil melawan serangan di Garis Kontrol, wilayah perbatasan yang disengketakan di Kashmir. “Dalam peperangan konvensional tadi malam, kami menang.”
“Baca Juga: Daun Pandan, Ramuan Tradisional untuk Asam Urat”
Sharif juga menegaskan posisi negaranya bahwa Kashmir adalah wilayah yang disengketakan, dan tindakan sepihak India tidak mengubah status hukum internasional wilayah itu.
Mantan Presiden AS Donald Trump menyerukan kepada kedua negara untuk menahan diri. Dalam pernyataannya dari Ruang Oval, Trump menyatakan keinginannya untuk membantu meredakan ketegangan.
“Saya akur dengan kedua belah pihak. Saya mengenal mereka dengan baik dan ingin melihat konflik ini berhenti,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa situasi saat ini “sangat berbahaya”.
Juru Bicara Militer Pakistan, Ahmed Sharif Chaudhry, melaporkan bahwa total korban tewas akibat serangan India di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan telah mencapai 31 orang, dengan 57 lainnya terluka. Penembakan berat di sepanjang Garis Kontrol disebut sebagai penyebab utama lonjakan korban tersebut.
India melalui Menteri Luar Negeri Vikram Misri mengirim sinyal tegas kepada Pakistan: jika ada aksi balasan, India akan merespons lebih keras. “Kami tidak akan tinggal diam jika diserang kembali,” ujar seorang diplomat kepada Reuters.
Michael Kugelman, analis Asia Selatan berbasis di Washington, mengatakan, “Mengacu pada skala serangan India yang lebih besar dari tahun 2019, respons Pakistan kemungkinan juga akan signifikan.”
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengingatkan bahwa jika India terus mendorong konflik ke titik ekstrem, kawasan ini bisa menuju perang nuklir.
“Jika India memaksakan perang habis-habisan, maka mereka harus bersiap menanggung konsekuensinya,” tegasnya. Kedua negara memiliki ratusan hulu ledak nuklir dan menjadi dua dari sedikit negara di dunia yang memiliki kekuatan senjata nuklir aktif.
Laporan dari media India menyebutkan bahwa sejumlah wilayah di New Delhi mengalami pemadaman listrik selama 15 menit, termasuk area strategis seperti Parlemen dan Gerbang India. Pemadaman ini merupakan bagian dari latihan tanggap darurat, namun tetap memicu kekhawatiran di tengah situasi keamanan yang tegang.
The Indian Express menyebut insiden ini sebagai “pemandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Pemerintah Taliban Afghanistan ikut angkat suara, menyerukan kepada India dan Pakistan untuk menahan diri dan memilih jalur diplomasi.
“Keamanan dan stabilitas adalah kepentingan kolektif seluruh kawasan,” bunyi pernyataan mereka di platform X. Seruan ini muncul di tengah memburuknya hubungan Pakistan dan Afghanistan karena isu deportasi warga Afghanistan oleh Islamabad.
India membantah klaim Pakistan yang menyebut telah menembak jatuh lima jet tempur India. Kedutaan Besar India di China merilis pernyataan bahwa kabar tersebut adalah disinformasi yang disebarkan oleh media pro-Pakistan.
“Verifikasi fakta sangat penting. Banyak klaim tidak berdasar beredar seputar #OperasiSindoor,” demikian pernyataan resmi Kedubes India.
Salah satu dari delapan lokasi yang India serang di Kashmir Pakistan mengalami ledakan hebat pada dini hari. Warga setempat melaporkan serangan terjadi tanpa peringatan, menyebabkan kepanikan dan kerusakan besar.
“Ledakan terus terjadi hingga pukul 4 pagi. Kami berlari menyelamatkan diri,” kata Sujay Kumar, warga setempat.
Duta Besar Israel untuk India, Reuven Azar, menyatakan dukungannya terhadap India. Dalam pernyataan di media sosial, ia menyebutkan bahwa negaranya “mendukung hak India untuk membela diri.”
Ia menambahkan bahwa “teroris harus tahu tidak ada tempat bersembunyi dari kejahatan mereka terhadap warga sipil.” Pernyataan ini menjadi satu dari sedikit dukungan terbuka kepada India tanpa seruan untuk menahan diri, berbeda dari sikap umum komunitas internasional.
Situasi antara India dan Pakistan kini berada di titik genting. Dengan retorika yang memanas, korban sipil yang meningkat, dan keterlibatan internasional yang makin besar, dunia menanti apakah kedua negara akan memilih jalur damai atau justru terjerumus dalam konflik berskala besar.
“Simak Juga: Chairil Anwar, Pelopor Sastra Modern Indonesia”