Fenomena Hujan Es di Indonesia
Radio Senda 1680 – Fenomena hujan es terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti Yogyakarta pada Selasa (13/3/2025) dan Tasikmalaya pada Kamis (14/3/2025). Hujan es, atau hail, terjadi akibat proses meteorologi yang kompleks, dan merupakan salah satu bentuk cuaca ekstrem yang dapat membahayakan. Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani, menjelaskan bahwa hujan es terbentuk akibat pertumbuhan awan Cumulonimbus yang sangat intensif.
Emilya menjelaskan, fenomena hujan es terjadi ketika awan Cumulonimbus berkembang dengan sangat kuat, didukung oleh kandungan uap air yang cukup banyak. Saat proses ini berlangsung, suhu udara di sekitar cukup rendah sehingga kristal es yang ada di awan Cumulonimbus bagian atas jatuh dan menyentuh permukaan yang lebih hangat. Meskipun suhu permukaan lebih tinggi, kristal es tetap bertahan dalam bentuk hail atau bola es kecil.
“Baca Juga: 50 Napi Kabur dari Lapas Kutacane RI, Disorot Media Asing”
Hujan es ini menjadi lebih ekstrem ketika ukuran hail yang jatuh mencapai 5-50 mm dan memiliki bobot yang cukup besar. “Kejadian ini pernah tercatat di beberapa kota di Indonesia, bahkan di Yogyakarta juga pernah terjadi beberapa tahun lalu,” ungkap Emilya pada Jumat (14/3/2025). Hujan es dengan ukuran besar ini dapat merusak tanaman, kendaraan, dan bahkan bangunan.
Menurut Emilya, fenomena hujan es tidak memiliki pola yang pasti. Namun, pertumbuhan awan Cumulonimbus dapat diamati dengan melihat kondisi massa udara yang labil, proses konveksi, serta suplai air yang tinggi. Awan jenis ini sering kali terbentuk di daerah kepulauan dan perkotaan. Di mana suhu udara cenderung panas dan kondisi atmosfer mendukung terbentuknya awan besar tersebut.
Fenomena ini terjadi ketika ada penghangatan permukaan yang mendorong massa udara naik, sehingga terbentuk awan Cumulonimbus yang cukup besar dan menghasilkan hujan es. Yang memicu kondisi ini biasanya adalah suhu permukaan yang tinggi dan kelembapan udara yang sangat tinggi.
Hujan es adalah contoh nyata dari cuaca ekstrem yang dapat terjadi dengan tiba-tiba dan menimbulkan kerusakan. Menghadapi fenomena cuaca ekstrem ini, masyarakat perlu melakukan mitigasi dan adaptasi. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga suhu Bumi tetap stabil dan mengurangi dampak pemanasan global.
Emilya menyarankan agar masyarakat melakukan tindakan sederhana seperti menanam pohon, mempertahankan hutan, serta menjaga keberlanjutan penggunaan lahan alami. Semua langkah ini dapat berkontribusi pada pengurangan dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai potensi bencana akibat cuaca ekstrem. Emilya menekankan pentingnya adanya program sosialisasi yang berfokus pada mitigasi bencana. Selain itu, juga langkah-langkah yang perlu masyarakat ambil dalam menghadapi cuaca ekstrem, seperti hujan es.
“Masyarakat harus siap hidup berdampingan dengan alam dan memahami bahwa banyak fenomena cuaca ekstrem yang bisa terjadi. Pemahaman ini akan membantu mereka lebih siap dalam menghadapi bencana yang ditimbulkan oleh perubahan iklim,” katanya.
“Simak Juga: Sakit Dada Sebelah Kanan, Apa Penyebabnya?”