Kampus Unisba Ditembaki Gas Air Mata, Relawan Medis Ikut Terimbas!
Radio Senda 1680 – Universitas Islam Bandung (Unisba) menjadi sasaran gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian, Senin (1/9/2025) sekitar pukul 23.37 WIB. Aksi represif ini tidak hanya mengenai massa aksi, tetapi juga mahasiswa dan relawan medis yang berada di area kampus. Banyak pihak menilai tindakan aparat gabungan TNI-Polri itu sebagai teror negara terhadap rakyatnya sendiri.
Kampus adalah ruang intelektual, bukan sasaran militeristik. Menyerang kampus berarti menyerang kebebasan akademik, demokrasi, serta hak konstitusional mahasiswa untuk menyampaikan pendapat. Negara seharusnya melindungi warganya, bukan melanggengkan kekerasan. Hari ini, telah terjadi pelanggaran batas itu secara terang-terangan.
“Simak Juga: Teknologi Jadi Sorotan Konsul India di DiploFair USU”
Aparat memukul mundur puluhan pendemo di Gedung DPRD Jabar, lalu petugas mengevakuasi mereka dengan ambulans menuju Kampus Unisba. Mereka menderita sesak napas, luka-luka, hingga iritasi mata. Berdasarkan data Unisba hingga pukul 19.00 WIB, tercatat ada 26 korban: sembilan dari masyarakat umum dan 17 mahasiswa. Kondisi mereka lemas saat tiba di kampus.
Ambulans berdatangan silih berganti dengan sirine menyala, sementara tim medis Unisba langsung melakukan penanganan darurat. “Penanganan tetap sesuai prosedur, hanya kali ini jumlah petugas medis lebih banyak,” ujar Wakil Rektor III Unisba, Amrullah Hayatudin.
Amrullah menambahkan, bantuan medis datang dari berbagai kampus lain seperti Unpas dan UIN, bahkan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung. Petugas medis mengategorikan kondisi korban menjadi merah, kuning, dan hijau sesuai standar. Hingga pukul 19.30 WIB, mereka belum merujuk pasien ke rumah sakit, tetapi tetap melakukan koordinasi dengan Dinkes jika situasi memburuk.
Meski represi terus terjadi, suara mahasiswa tidak akan berhenti. Kekerasan tidak akan membungkam perlawanan. Justru, semakin keras melakukan tindakan represif, semakin kuat pula solidaritas mahasiswa dan masyarakat sipil dalam melawan ketidakadilan serta memperjuangkan ruang demokrasi yang semakin terancam. Mereka bertekad menjaga api perlawanan tetap menyala sebagai simbol harapan dan keberanian.
“Baca Juga: Keterlambatan Erupsi Gigi pada Penyakit Celiac”