Krisis Bisnis Kuliner Singapura: 307 Restoran Tutup per Bulan
Radio Senda 1680 – Gelombang penutupan bisnis kuliner di Singapura semakin memprihatinkan, mencerminkan tekanan ekonomi yang kian berat bagi para pelaku usaha. Data terbaru menunjukkan rata-rata 307 outlet makanan dan minuman (F&B) tutup setiap bulan sepanjang tahun 2025. Angka ini melonjak dibandingkan rata-rata 254 outlet per bulan pada 2024 dan hanya 230 per bulan di periode 2022–2023.
Tren penutupan ini tak hanya menimpa usaha kecil, tetapi juga restoran high-end dan tempat makan ikonik. Salah satu yang terbaru adalah klub anggota eksklusif 1880 di Robertson Quay, yang mengumumkan penutupan permanen pada Selasa (18/6/2025). Manajemen menyebut penurunan kunjungan dan pengeluaran anggota sebagai penyebab utama.
“Baca Juga: Bertapa, Jalan Menuju Kedamaian dan Pencerahan Diri”
“Frekuensi kunjungan dan belanja anggota terus merosot. Kami perlu melakukan restrukturisasi dan efisiensi,” tulis manajemen dalam pernyataan resmi. Sebelumnya, cabang 1880 di Hong Kong juga gulung tikar pada Mei 2025, hanya beberapa bulan setelah dibuka.
Beban biaya tinggi menjadi keluhan utama para pelaku usaha. Biaya sewa, bahan baku, dan tenaga kerja yang terus naik memaksa banyak bisnis bertahan dalam tekanan. Salah satunya adalah New Scissor-Cut Curry Rice, restoran legendaris di Geylang yang telah beroperasi selama 30 tahun, namun terpaksa tutup bulan lalu.
“Biaya operasional semakin tidak tertahankan,” ujar pemilik restoran tersebut.
Penurunan daya beli masyarakat turut memperburuk situasi. Survei Mercer 2024 bahkan menempatkan Singapura sebagai kota termahal kedua di dunia setelah Hong Kong. Masyarakat pun lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang, termasuk untuk makan di luar.
Para pelaku usaha mendesak pemerintah untuk segera turun tangan, antara lain dengan pemberian subsidi sewa, insentif pajak, atau bantuan langsung, guna mencegah gelombang kebangkrutan yang lebih besar. Tanpa intervensi cepat, PHK massal dan tutupnya usaha kecil-menengah diperkirakan akan terus meningkat.
“Jika kondisi ini berlanjut, hanya jaringan besar yang akan bertahan. UKM kuliner bisa tersingkir,” kata seorang pemilik kedai kopi di Chinatown.
Pemerintah kini berada di titik krusial untuk mengambil langkah konkret menyelamatkan industri kuliner yang menjadi bagian penting dari identitas budaya dan ekonomi Singapura.
“Simak Juga: Manfaat Minum Air Jeruk Nipis Setiap Pagi untuk Kesehatan”