Rusia Secara Resmi Mengakui Taliban, China Buka Suara
Radio Senda 1680 – China menyatakan dukungannya terhadap keputusan Rusia yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Dalam pernyataannya, Beijing menegaskan pentingnya keterlibatan aktif komunitas internasional dengan Afghanistan, terutama dalam membantu pemulihan negara tersebut.
“Sebagai tetangga Afghanistan yang bersahabat, pihak China selalu percaya bahwa Afghanistan tidak boleh dikecualikan dari komunitas internasional,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, pada Jumat (4/7/2025).
Pernyataan China ini muncul setelah Rusia menjadi negara besar pertama yang secara terbuka mengakui kekuasaan Taliban. Langkah Rusia mengakui Taliban tersebut menandai babak baru dalam geopolitik kawasan Asia Tengah, yang selama ini masih didominasi oleh ketidakpastian sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021 usai menggulingkan pemerintahan yang didukung Barat.
“Simak Juga: Rumor Diogo Jota Mabuk Sebelum Kecelakaan, Benarkah?”
China hingga saat ini memang belum memberikan pengakuan resmi terhadap Taliban sebagai pemerintah sah Afghanistan. Namun, secara praktis, China telah menampung duta besar Taliban di Beijing dan terus menjalin komunikasi aktif dengan pemerintahan tersebut.
“Tidak peduli bagaimana situasi internal atau eksternal berubah di Afghanistan, hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Afghanistan tidak pernah terputus,” tegas Mao Ning.
Ia juga menambahkan bahwa kedutaan kedua negara tetap beroperasi secara normal dan menjalankan perannya dalam memperkuat hubungan bilateral. Beijing memandang keterlibatan yang konstruktif lebih penting daripada isolasi, mengingat stabilitas Afghanistan sangat mempengaruhi keamanan di kawasan perbatasan, terutama terkait ancaman terorisme dan ekstremisme.
Saat ini, Taliban tengah berusaha keras mendapatkan pengakuan internasional dan membuka jalur investasi asing untuk membangun kembali Afghanistan yang hancur akibat konflik selama lebih dari empat dekade. Sejak penguasaan kembali Kabul pada 2021, Taliban berusaha menunjukkan citra yang lebih moderat di hadapan dunia.
Namun, banyak negara besar masih ragu memberikan pengakuan penuh. Hal ini terutama karena kekhawatiran terhadap situasi hak asasi manusia di Afghanistan, termasuk pembatasan hak perempuan dan minimnya pemerintahan inklusif.
Meski memberikan dukungan atas pendekatan Rusia, China tetap menekankan pentingnya reformasi internal. Beijing menyerukan agar Taliban memperbaiki kondisi keamanan domestik, membentuk pemerintahan yang lebih representatif, dan meningkatkan hubungan baik dengan negara-negara tetangga.
China memiliki kepentingan besar di Afghanistan. Ini termasuk potensi investasi dalam proyek pertambangan dan infrastruktur yang terhubung dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI). Namun, Beijing juga berhati-hati dalam memastikan kehadirannya di Afghanistan tidak memicu risiko keamanan baru. Hal ini seperti munculnya jaringan teroris yang dapat mengganggu stabilitas regional.
Keputusan Rusia untuk mengakui Taliban menjadi sorotan global dan bisa membuka pintu bagi perubahan sikap beberapa negara lainnya. Namun, pengakuan formal dari komunitas internasional secara luas masih bergantung pada langkah-langkah nyata Taliban dalam memenuhi ekspektasi global terkait hak asasi manusia, pemerintahan inklusif, dan jaminan stabilitas jangka panjang.
“Baca Juga: Indonesia Juara 1 Sumber Mikroplastik dalam Makanan”