Berita Terkini

Agam Rinjani Jadi Sorotan Media Brasil Usai Evakuasi Juliana

Radio Senda 1680 – Agam Rinjani, seorang pemandu gunung asal Nusa Tenggara Barat, menuai pujian luas dan dijuluki “pahlawan” oleh media serta warganet Brasil. Julukan itu muncul setelah aksinya mengevakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang terjatuh di jurang sedalam lebih dari 600 meter di Gunung Rinjani.

Kisah keberanian Agam Rinjani menjadi viral setelah ia membagikan video dan melakukan siaran langsung proses evakuasi jenazah pada Rabu (25/6/2025). Tindakannya menuai apresiasi dari masyarakat Indonesia hingga Brasil, yang menilai keberanian Agam sebagai bentuk kemanusiaan luar biasa.

Bermalam di Tebing Demi Juliana

Dalam unggahan di akun Instagram @agam_rinjani, Agam mengisahkan perjuangan mereka yang harus bermalam di tebing curam bersama jenazah Juliana karena hari telah gelap dan medan terlalu berbahaya untuk dilalui saat malam.

“Baca Juga: Afirmasi dan Kekuatan Spiritual, Satukan Pikiran, Perasaan, Energi”

“Kami menginap di pinggir tebing curam setinggi 590 meter bersama Juliana satu malam, dengan memasang ancor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter,” tulis Agam.

Sejak awal, Agam menegaskan bahwa ia tidak akan meninggalkan lokasi sebelum jenazah berhasil dibawa ke atas. Komitmennya menjadi salah satu alasan ia mendapatkan julukan “pahlawan sejati” dari warganet Brasil.

Disebut Pahlawan oleh Media Brasil

Media Brasil seperti Globo memuat kisah Agam, dan keluarga Juliana secara langsung mengucapkan terima kasih atas bantuan dan keberanian para relawan yang terlibat dalam proses evakuasi.

Warganet Brasil ramai memberikan komentar penuh rasa hormat. “Pria itu membayar tiketnya sendiri, turun ke jurang untuk mencari orang yang bahkan dia tidak kenal, dan tidur di samping jenazah agar tidak ‘tersesat’ lagi. Masih ada yang bilang tidak ada pahlawan super? Ada!” tulis salah satu komentar. Banyak juga yang menyebut Agam sebagai “pahlawan sejati”, “pejuang,” dan “manusia paling rendah hati.”

Proses Evakuasi yang Ekstrem

Proses evakuasi Juliana berlangsung menantang. Tim gabungan dari relawan, pemandu lokal, Basarnas, dan tim SAR menggunakan sistem vertical lifting dengan tali dan pulley yang mereka sambung secara bertahap.

Menurut Samsul Padli, anggota tim SAR, proses pengangkatan jenazah mulai pukul 8 pagi hingga 2 siang. Medan yang mereka lalui sangat terjal dan rawan longsor. Karena tiba di lokasi saat malam, Samsul dan tiga orang rekannya harus bermalam di lokasi kejadian.

Herna Hadi Prasetyo, anggota tim SAR lainnya, menegaskan bahwa keselamatan tim sangat terancam. Ini karena kondisi tanah labil, batu lepas, dan kemiringan nyaris 90 derajat. Tim bahkan harus melakukan flying camp, bermalam di tebing tanpa tenda dengan tali pengaman seadanya.

Penolakan Donasi dan Niat Mulia

Aksi Agam yang disiarkan secara langsung mengundang simpati publik. Banyak yang ingin memberikan donasi, namun Agam sempat menolaknya. Ia kemudian bersedia menerima bantuan finansial dengan syarat dana tersebut dibagikan kepada seluruh tim dan sebagian digunakan untuk kegiatan reboisasi di gunung.

“Kalau bisa, uang itu juga untuk penghijauan gunung-gunung yang kami lewati,” ungkap Agam.

Tindakan tulus dan dedikasi Agam Rinjani tidak hanya menyelamatkan jenazah Juliana. Namun, juga menyentuh hati masyarakat dari dua negara dan meninggalkan jejak kemanusiaan yang tak terlupakan.

“Simak Juga: Stevens-Johnson Syndrome, Kondisi Langka dengan Risiko Fatal”